Kamis, 09 Mei 2013

Tugas Manajemen Ritel 1



Nama : Mulyadi
Kelas : 3DD01
NPM : 34210861 
 NCANAAN DAN MANAJEMEN RITEL
1.Gambaran Umum Tentang Ritel
A. Pengertian Retail
·         Retail adalah penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen.
·         Retail berasal dari bahasa Perancis yaitu ” Retailer” yang berarti ” Memotong menjadi kecil kecil” (Risch, 1991 ).
·         Sedangkan menurut Gilbert (2003) Retail adalah Semua usaha bisnis yang secara langsung mengarahkan kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi
Dalam kamus Bahasa Inggris – Indonesia, Retail bisa juga di artikan sebagai “Eceran”
·         Pengertian Retailing adalah semua aktivitas yang mengikut sertakan pemasaran barang dan jasa secara langsung kepada pelanggan
·         Pengertian Retailer adalah semua organisasi bisnis yang memperoleh lebuh dari setengah hasil penjualannya dari retailing ( lucas, bush dan Gresham, 1994)
B. Definisi Manajemen
a) Menurut Alex. S. Nitisemito,manajemen adalah ilmu dan seni untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan orang lain.
b)    Menurut Malatu S.P. Hasibuan  manajemen merupakan ilmu dan seni ,engatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnyasecara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu
c)   DefinisiRetail
Menurut berman dan evans  adalah retail terdiri atas aktivitas-aktivitas bisnis yang terlibat dalam menjual barang dan jasa kepada konsumen untuk kepentingan sendiri,keluarga maupun rumah tangga.Dari definisi diatas bias dikatakan bahwa bisnis retail terdiri dari beberapa aktivitas yang saling mendukung dan mempengaruhi sehingga terjadi kegiatan perdagangan antara pedagang dan konsumen.Jadi bisnis retail tidak bisa terdiri dari satu kegiatan saja tetapi banyaknya aktivitas bisnis dalam menjual barang dan jasa kepada konsumen
Setelah mengetahui definisi Manajemen dan Retail maka bisa dirumuskan manajemen retail adalah pengaturan keseluruhan factor-faktor yang berpengaruh dalam perdagangan retail,yaitu perdagangan langsung barang dan jasa kepada konsumen. Factor-faktor yang berpengaruh dalam bisnis retail adalah place, price, product, dan promotion yang dikenal sebagai 4P.
C. Proses Pembuatan Rencana
1. Menetapkan tugas dan tujuan
Antara tugas dan tujuan tidak dapat dipisahkan, suatu rencana tidak dapat difrmulir tanpa ditetapkan terlebih dahulu apa yang menjadi tugas dan tujuannya. Tugas diartikan sebagai apa yang harus dilakukan, sedang tujuan yaitu suatu atau nilai yang akan diperoleh.
2. Observasi dan analisa
Menentukan factor-faktor apa yang dapat mempermudah dalam pencapaian tujuan (Observasi) bila sudah diketahui dan terkumpul, maka dilakukan analisa terhadapnya untuk ditentukan mana yang digunakan.
3. Mengadakan kemungkinan-kemungkinan
Faktor yang tersedia memberikan perencanaan membuat beberapa kemungkinan dalam pencapaian tujuan. Dimana kemungkinan yang telah diperoleh dapat diurut atas dasar tertentu, misalnya lamanya penyelesian, besarbya biaya yang dibutuhkan efisiensi dan efektivitas dan lain sebagainya.
4. Membuat sintesa
Sintesa yaitu alternatif yang akan dipilih dari kemungkinan-kemungkinan yang ada dengan cara mengawinkan sitesa dari kemungkinan-kemungkinan tersebut. Kemungkinan-kemungkinan yang ada mempunyai kelemahan-kelemahan.
M
anagement Bay Objective ( MBO )
Pertama kali diperkenalkan oleh Peter Drucker dalam bukunya The Practice of Management pada tahun 1954. Management by objective dapat juga disebut sebagai manajemen berdasarkan sasaran, manajemen berdasarkan hasil (Management by Result), Goals management, Work planning and review dan lain sebagainya yang pada intinya sama.
Management by objective menekankan pada pentingnya peranan tujuan dalam perencanaan yang efektif, dengan menetapkan prosedur pencapaian baik yang formal maupun informal, pertama dengan menetapkan tujuan yang akan dicapai dilanjutkan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan sampai selesai baru diadakan peninjauan kembali atas pekerjaan yang telah dilakukan. Kegiatan MBO singkatan dari management by objective yaitu proses partisipasi yang melibatkan bawahan dan para manajer dalam setiap tingkatan organisasi yang dirumuskan dengan bentuk misi atau sasaran, yang dapat diukur dimana penggunaan ukuran ini sebagai pedoman bagi pengoperasian satuan kerja.

D. Sistem Management By Objective Yang Efektif
1. Adanya komitmen para manajer tujuan pribadi dan organisasi, sehingga dia harus berjumpa dengan bawahannya untuk memberikan penetapan tujuan dan menilainya.
2. Penetapan tujuan manajemen puncak yang dinyatakan dalam nilai tertentu yang dapat diukur, sehingga antara manajer dan bawahan mempunyai gagasan yang jelas tentang apa yang diharapkan oleh manajemen puncak, sehingga dapat diketahui antara individu dengan tujuan organisasi secara keseluruhan.
3. Tujuan perseorangan, dimana antara manajer dan bawahan harus merumuskan tujuan bersama dan tanggung jawab terhadap bagiannya secara jelas guna memahami tentang apa yang akan dicapai.
4. Perlunya partisipasi semua pihak, dimana semakin besar partisipasi dari semua anggota, maka semakin besar tujuan yang akan tercapai.
5. Otonomi dan implementasi rencana, disini bawahan dan manajer bebas untuk mengembangkan dan mengimplementasikan program-program pencapaian tujuannya.
6. Peninjauan kembali prestasi yang dilakukan secara periodik terhadap kemajuan tujuan.
E. Memilih Saluran Distribusi
Perusahaan harus mengetahui apa kemauan dan kebutuhan konsumen serta mengetahui cara yang paling tepat untuk meraihnya. Perusahaan disini harus memiliki orientasi pasar.
Ada bebepa yang perlu dijadikan pertimbangan :
1. Tujuan Organisasi, kapabilitas serta sumber daya. Perusahaan yang meiliki produk mix banyak harus sedekat mungkin dengan end usernya dll.
2. Karakteristik Pasar, geografi semakin jauh jarak maka dibutuhkan perantara yang banyak juga, ukuran pasara, perilaku konsumenya dll.
3. Attribut Produk , apa perlu service apa nggak, penyimpanan, ukuran produk , kompleksitas dll.
4. Pengaruh lingkungan , seperti tingkat persaingan, teknologi dll Competitio, teknologi dll.
Ada tiga tipe startegi distribusi yang bisa kita gunakan :
1.Distribusi Intensive
Digunakan untuk produk-produk convenience, dimana produk/ barang perlu tersedia dimana saja (tersebar luas) serta tungkat utilitasnya tinggi (high replacement). Disini perusahaan memandang ketersediaan sebagai faktor utama yang mempengaruhi sales. Strategi ini berarti perusahaan melakukan stocking produk di sebanyak mungkin. Sebagai contoh adalah soft drink, gum, permen, dll. Produk-produk itu di jual di toko grosir, pompa bensin sampai warung sebelah rumah.
2. Distribusi Selektif
Sering dipakai untuk produk-produk yang termasuk katagori shopping product, ketika konsumen menghbiskan waktu, membandingkan serta memiliki preferrensi tgertentu tgerhadap merk. Service terhadap konsumen dianggap sangat perlu. Melalui selektif distribusi, maka perusahaan menyediakan lebih dari satu, tetapi tidak banyak distribusor. Beberapa merkTelevisi, furniuture serta small appliance didistribusikan dengan cara ini..
3. Distribusi Eklusif
Digunakan untuk produk-produk yang termasuk dalam katagori specialty product, dimana koinsumen memiliki preferensi merk yang kuat, frekuensi poembelian produk jarang serta membutuhkan service tambahan. Dengan cara ini perusahaan memiliki diustributor yang terbagats serta masing-masing memiliki hak ekslusif untuk mendistriubuysikan proiduk perrusahaan di wilayahnya masing-masing. Bias digunaka untuk poroduk-poroduk mobil, pakain ekslusif..
2. PROSES PERENCANAAN DAN MANAJEMEN RITAIL
Dalam memilih retail store, pembeli mempertimbangkan banyak hal. Faktor yang diperhatikan adalah yang berkaitan dengan kebutuhan ekonominya. Di lain pihak kebutuhan emosional (seperti gengsi) juga kadangkala mempengaruhi pilihannya.
Faktor-faktor ekonomi yang relevan dalam memilih retail store antara lain meliputi:
1. Harga.
Ada retail store yang memasang harga mati seperti supermarket dan departement store) dan ada pula yang menetapkan harga fleksibel atau dapat ditawar (seperti discount store).
2. Kemudahan
Kemudahan parkir, bisa cepat pergi setelah membayar, dan mudah mencari barang yang diinginkan (meliputi proses menemukan, membandingkan, dan memilih).
3. Kualitas produk yang ditawarkan.
4. Bantuan wiraniaga.
Apakah harus swalayan, membantu ecara pasif, atau membantu secara aktif.
5. Reputasi
Kejujuran dan kewajaran dalam jual beli
6. Nilai yang ditawarkan
Yaitu perbedaan total customer value dan total customer cost. Total customer value adalah sekumpulan manfaat yang diharapkan pelanggan dari produk dan jasa, meliputi product value (misalnya keandalan, daya tahan/keawetan, unjuk
kerja), service value (penyerahan barang, pelatihan, instalasi, perawatan, reparasi), personnel value (kompeten, responsif, empati, dapat dipercaya), dan image value (citra perusahaan). Sedangkan total customer cost terdiri dari harga yang dibayarkan,
biaya waktu, biaya tenaga, dan biaya psikis.
7. Jasa-jasa khusus yang ditawarkan.
Pengiriman barang gratis, pembelian kredit dan bisa mengembalikan atau menukar barang yang sudah dibeli.

TUGAS MANAJEMEN RITEL 2 & 3



Nama : Mulyadi
Kelas : 3DD01
NPM : 34210861

PERENCANAAN DAN MANAJEMEN STRATEGIS RITEL



a.Pemahaman tentang Saluran pemasaran
1.    Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi,produk yang telah dihasilkan 'harus terjual kepada konsumen atau pemakai akhir agar produsen mendapatkan keuntungan finansial.Produsen menyalurkan produknya sampai ke konsumen menggunakan saluran pemasaran.
2.      Saluran pemasaran biasanya melibatkan pihak-pihak: produsen,perantara,dan konsumen akhir atau pemakai industri,terdapat banyak macam perantara yang dapat digunakan produsen untuk menyalurkan produknya,salah satunya adalah pengecer (retailer) atau usaha eceran (bisnis ritel).Bisnis ritel atau perdagangan eceran dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran, kepemilikan,operasional,dan sebagainya.
3.      Sedangkan saluran pemasaran dapat dibagi dalam beberapa tingkatan sesuai banyak sedikitnya perantara.
Bisnis ritel mempunyai fungsi sebagai perantara dalam saluran pemasaran dan fungsi-fungsi dalam hal informasi,promosi,negosiasi,pemesanan,pembiayaan,pengambilan risiko,pemilikan fisik,pembayaran dan hak milik.Peran bisnis ritel dalam saluran pemasaran bagi produsen mencakup pada produk,pendanaan,iklan dan promosi,konsumen,dan pesaing.
b.Pemahaman tentang Perilaku Konsumen
            Dalam pengertian bisnis ritel ini, barang yang dijual disalurkan langsung kepada konsumen. Konsumen yang dimaksud dalam pengertian ini adalah diri pribadi, keluarga, maupun rumah tangga. Proses yang terjadi dalam bisnis ritel ini mencakup berbagai kegiatan sehingga transaksi antara pedagang dan pembeli terjadi.
            Dalam hal ini, terdapat unsur yang mesti ada dalam kegiatan bisnis ritel, yaitu meliputi product (barang atau jasa), price (harga), place (tempat atau lokasi penjualan), dan promotion atau promosi. Hal ini tentu saja berbeda dengan bisnis grosir dimana pengusaha membeli barang dalam jumlah besar, dan menyalurkannya lagi kepada peritel. Bisnis grosir biasanya dijalankan oleh pengecer karena kemampuan modalnya yang cukup besar.
            Selain itu, juga terdapat mata rantai yang cukup panjang pada penyaluran barang dalam bisnis ritel dan melibatkan banyak pihak didalamnya, seperti distributor dan agen. Dalam mata rantai ini, pedagang perantara atau agen berperan dan mengambil peran atau tugas distributor untuk menyalurkan barang dari produsen. Selanjutnya agen menyalurkannya kepada pengecer atau peritel yang menjalankan bisnis ritel agar menjualnya lagi kepada konsumen akhir. Namun dalam prakteknya, mata rantai bisnis tak selalu berjalan seperti itu. Pedagang grosir, ada yang kemudian merangkap dengan membuka bisnis ritel dengan menjual barang atau produk langsung kepada konsumen.
            Hal ini bisa terjadi karena adanya peluang ataupun keuntungan bisnis yang terbuka. Meskipun bisnis ritel menyediakan berbagai peluang yang cukup menggiurkan, namun bisnis ini tak bisa dijalankan hanya dengan memahami pengertian bisnis ritel. Kemampuan lain yang harus dikuasai adalah manajemen usaha yang kuat, masalah layanan, dan kepekaan bisnis. Apalagi perilaku konsumen dalam bisns ritel tidak mudah ditebak, bahkan sering berubah. Hanya karena perbedaan harga yang sedikit atau kecewa dengan tukang parkir, konsumen bisa dengan mudah berpindah ke toko lain.
c.Pemahaman tentang Perilaku Pesaing
            Bisnis ritel merupakan salah satu usaha yang memiliki prospek cukup baik.Terutama jika mengamati jumlah populasi penduduk Indonesia pada tahun 2010 yang diperkirakan mencapai kurang lebih 220 juta jiwa.rasio keberadaan ritel khusunya ritel modern apabila diabdingkan dengan total penduduk Indonesia masih menunjukkan kesenjangan yang cukup besar.
            Keberadaan ritel-ritel tradisional memang masih cukup diperlukan dalam konteks melayani segmen ekonomi bawah.Namun kemajuan teknoligi dan tuntutan kebutuhan konsumen yang terus meningkat menjadi pendorong adanya perubahan orientasi bisnis bisnis ritel.Jika pada awalnya banyak bisnis ritel yang cukup dikelola secara tradisional, tanpa dukungan teknologi yang memadai, tanpa pendekatan manajemen modern dan tanpa berfokus pada kenyamanan dan keinginan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
            Pergeseran pola perilaku belanja pelangan yang terdeteksi dari sejumlah studi yang dilakukan menunjukkan bahwa aktivitas belanja pelanggan tidak hanya dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan akan barang-barang keperluan hidup, namun lebih mengarah pada terpenuhinya kebutuhan untuk berekreasi dan berelasi. Kondisi inilah yang mendorong bisnis ritel tardisional mulai harus peka menaggapi kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi jika mereka ingin tetap bertahan hidup dalam lingkungan persaingan bisnis ritel yang semakin tajam.
Bekal pemahaman terhadap konsep-konsep pengelolaan ritel modern sangat penting untuk dipahami, mengingat kegagalan dalam pengelolaan akan menumbulkan resiko kerugian yang cukup besar. Sedangkan jika seorang pelaku bisnis ritel tetap bertahan dengan pengelolaan ritel secara tradisional tidak memungkinkan untuk memiliki keunggulan kompetitif yang berkelanjutan bila dihadapkan dengan semakin banyaknya ritel-ritel modern yang dikelola dengan modal yang cukup besar maupun terjadinya perubahan pola belanja konsumen yang mempunyai konsekuensi terhadap berubahnya kebutuhan mereka terhadap keberadaan sebuah ritel seperti yang telah dijelaskan diatas.
            Pengelolaan ritel modern skala besar dan kecil membutuhkan kesiapan pengelola dalam arti Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki pengetahuan, ketrampilan (baik soft maupun hard skill)dalam hal manajerial ritel modern dan sekaligus kepekaan dalam melihat peluang agar dapat memiliki kompetensi untuk bertahan dalam bisnis ritel (continous competitive advantage).
Sasaran Pasar dalam membuka bisnis ritel adalah:
1.  Para pengusaha kecil dan menengah yang berkeinginan terjun dalam bisnis ritel sebagai :
a.  Pemula dalam bisnis ritel modern skala kecil dan menengah secara mandiri
Tenaga yang akan bergabung dala operasional perusahaan ritel modern skala kecil dan menengah
b.  Pelaku bisnis ritel tardisional kecil dan menengah yang berkeinginan untuk mengembangkan diri
c.  Tenaga yang akan bergabung dalam manajerial perusahaan ritel modern skala kecil dan menengah pada tingkatan supervisor/penyelia
2.  Para pengusaha ritel tradisional kecil dan menengah yang menjadi binaan suatu lembaga/institusi/organisasi lembaga swadaya masyarakat.
Bidang Kompetensi Pelatihan, penelitian dan konsultasi dalam bidang Manajemen Ritel, meliputi:
1. Perencanaan Bisnis Ritel (Retail Business Plan)
2. Audit Ritel Manajemen
3. Perencanaan dan Penyusunan Strategi Pemasaran Ritel
4. Pengelolaan Barang Dagangan (Merchandise Management)
5. Pengelolaan Operasional Toko (Store Operation) Kiat Sukses Mengeloal Ritel Modern Skala Menengah dan Kecil (memulai dan mampu bertahan dalam era kompetisi)
6. Pergeseran Paradigma Pengelolaan Ritel Tradisional menuju Paradigma Ritel Modern
7. Analisis Perilaku Belanja Konsumen
8. Retail Mix (Bauran Ritel)
9. Pengelolaan Loss Prevention
10. Studi Kelayakan Bisnis Ritel
d. Pemahaman tentang Lingkungan Sosial,ekonomi, dan Teknologi
            Lingkungan eksternal adalah semua elemen di luar organisasi yang relevan untuk operasi. Unsur-unsur di luar organisasi sulit dikendalikan namun berpengaruh terhadap organisasi. Organisasi tidak dapat berdiri sendiri atau memenuhi kebutuhannya sendiri. Organisasi mengambil input seperti bahan baku , uang, tenaga kerja dan energi dari lingkungan eksternal yang mengubahnya menjadi produk atau jasa sebagai output. Lingkungan eksternal dibagi menjadi dua yaitu lingkungan khusus dan lingkungan umum.
·      e.Pemahaman tentang lingkungan secara umum
     Elemen-elemen lingkungan umum meliputi sosial budaya, hukum, ekonomi, politik, dan teknologi. Variabel sosial antara lain demografik, gaya hidup dan nilai-nilai sosial. Variabel sosial budaya berkaitan dengan etika, benar-salah, dan tugas-wajib. Perkembangan penduduk, angkatan kerja, struktur kerja partisipasi kerja dan pendidikan mempengaruhi nilai-nilai sosial budaya.
     Demografik atau keadaan penduduk pada suatu wilayah seperti bertambahnya usia angkatan kerja. Hal ini membawa perubahan bagi organisasi karena mempengaruhi besarnya pasokan tenaga kerja. Demografik juga membentuk pasar untuk beraneka produk yang disebabkan oleh baby boomers atau ledakan bayi.
     Gaya hidup juga membawa pengaruh terhadap organisasi. Sebagai contoh meningkatnya pola hidup konsumtif masyarakat perkotaan mendorong mereka untuk membeli barang-barang yang bermerk dan selalu up to date. Hal ini mendorong organisasi untuk lebih menghasilkan produk mutu dan kualitas produknya.
     Faktor nilai-nilai sosial antara satu negara dengan negara lainnya berbeda. Misalnya di negara Jepang banyak orang bekerja pada suatu perusahaan untuk seumur hidupnya. Ini berbeda dengan sebagian besar negara-negara lain dimana masyarakatnya sering berpindah-pindah pekerjaan dalam jangka pendek. Struktur organisasi di Perancis lebih kaku daripada organisasi di Jepang atau Amerika. Di Jerman hak pekerja dan serikat pekerja dijamin oleh Undang-Undang dan karyawannya disebut sebagai mitra sosial, dan memiliki upah lebih besar daripada di Amerika Serikat.
     Secara umum kondisi ekonomi turut menentukan keberhasilan organisasi. Variabel ekonomi yaitu, kondisi ekonomi pada umumnya yang mempengaruhi aktivitas sebuah organisasi. Variabel ekonomi seperti upah, harga yang ditetapkan oleh pemasok dan pesaing serta kebijakan fiskal pemerintah mempengaruhi biaya produksi barang atau penawaran jasa dan kondisi pasar. Indikator ekonomi mengukur pendapatan, tabungan, investasi, harga, upah, produktivitas, lapangan kerja, aktivitas pemerintah serta transaksi internasional.
     Variabel politik yaitu berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi aktivitas suatu organisasi sebagai hasil dari proses atau iklim politik. Proses politik mencakup persaingan antar kelompok dengan kepentingan yang berbeda, yang masing-masing mencari peluang untuk mencapai sasarannya sendiri. Seiring dengan tuntutan masyarakat terhadap praktik bisnis yang tidak benar, pemerintah hendaknya menjadi kekuatan politik yang mewakili masyarakat melalui deregulasi, debirokratisasi, dan dekonsentrasi.
     Variabel teknologi meliputi perkembangan baru dalam produk atau proses serta pengetahuan seperti fisika yang mempengaruhi aktivitas organisasi. Teknologi dapat mengubah segala sesuatu secara cepat dan adakalanya masyarakat tidak siap atau belum siap akan perubahan teknologi. Inovasi dalam bidang komputerisasi, robot, bioteknologi dan sumber daya alam lainnya mempengaruhi produktivitas masyarakat.
    Dari penjelasan di atas jelas bahwa lingkungan organisasi tidak statis. Manajemen organisasi bertanggung jawab untuk mengidentifikasi kesempatan agar berkembang. Lingkungan luar organisasi dapat menentukan keberhasilan organisasi/lembaga/badan usaha.
     Untuk mengidentifikasi perubahan lingkungan di luar organisasi, manajer perlu memonitor lingkungan umum. Sebagai contoh, manajer perlu mengurangi produksi barang mewah bila melihat adanya kecenderungan penurunan pengeluaran secara umum dari konsumennya.
     Organisasi mendapatkan informasi tentang keadaan lingkungan umum dari berbagai sumber, seperti dari hubungan informal dalam industri, manajer organisasi lain, data dari dalam organisasi, laporan dan statistik pemerintah, jurnal atau majalah ekonomi, serta data-data dari internet.

Hal - hal penting  yang harus diperhatikan dalam bisnis ritel untuk mengembangkan keunggulan bersaing:
1.       Loyalitas konsumen
Loyalitas konsumen berarti kesetiaan konsumen untuk berbelanja di lokasi ritel tertentu. Mempunyai konsumen yang loyal adalah metode yang penting dalam mempertahankan keuntungan dari para pesaing, jika memiliki konsumen yang loyal berarti konsumen memiliki keengganan untuk menjadi pelanggan pada ritel-ritel pesaing.
2.       Program loyalitas
Program loyalitas adalah bagian dari keseluruhan manajemen hubungan antar konsumen, Program ini sudah umum dijalankan dalam bisnis ritel, program loyalitas bekerja sama dengan manajemen hubungan pelanggan/Customer Relationship Marketing (CRM) . Anggota - anggota program loyalitas diketahui saat mereka membeli, karena mereka menggunakan beberapa tipe kartu loyalitas, informasi pembelian disimpan dalam database yang besar, dari dari database dapat diketahui jenis-jenis barang apa yang dibeli oleh konsumen, dengan mengunakan cara ini pelaku ritel dapat menyesuaikan berbagai penawaran untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang loyal dengan baik.  Beberapa pelaku ritel yang  telah mengunakan program ini seperti: Alfa dengan AFC (Alfa Family Club), Carrefour dengan Kartu Belanja (KB) Carrefour,  Matahari dengan MMC (Matahari Club Card), dan masih banyak contoh lainnya.
3.       Lokasi
Lokasi adalah factor utama dalam pemilihan oleh konsumen. Ini juga keunggunlan bersaing yang tidak mudah ditiru. Contohnya: Starbucks , mereka menciptakan keberadaan pasar yang sulit untuk disaingi; Carrefour, mereka selalu menentukan lokasi yang selalu strategis.
Pemilihan lokasi yang tepat mempunyai keuntungan yaitu :
1.       Merupakan komitmen sumber daya jangka panjang yang dapat mengurangi fleksibilitas masa depan ritel itu sendiri.
2.       Lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan bisnis ritel dimasa yang akan datang
area yang dipilih haruslah mampu untuk tumbuh dari segi ekonomi sehingga dapat mempertahankan kelangsungan toko saat awal ataupun masa yang akan datang.
Penentuan lokasi dapat dimulai dengan memilih komunitas, keputusan ini sangat bergantung pada potensi pertumbuhan ekonomi dan stablitas maupun persaingan serta iklim politik. selain itu juga lokasi geografis sangat menentukan.
4.       Manajemen sumber daya manusia
Ritel adalah bisnis tenaga kerja intensif, para pegawai memiliki peranan penting dalam memberikan layanan pada konsumen dan membangun loyalitas konsumen.
5.       Sistem distribusi & informasi
Semua ritel berusaha untuk mengelola usaha secara efisien, mereka terus  memenuhi kebutuhan konsumen, dan pada saat yang sama member konsumen barang-barang dengan harga lebih baik dari pada pesaingnya atau memutuskan untuk mengunakan kesempatan guna menarik perhatian konsumen dari para pesaing denganmenawarkan jasa, barang, dan penyajian visual yang lebih baik.
6.       Barang - barang yang unik
Mengembangkan merek-merek berlabel (juga disebut merek-merek toko) yang merupakan produk-produk yang dikembangkan dan dipasarkan oleh ritel dan hanya tersedia dari ritel tersebut.
7.       Layanan konsumen
Dibutuhkan waktu dan usaha untuk membangun sebuah tradisi dan reputasi untuk layanan konsumen, karena layanan konsumen yang bagus merupakan asset strategis  yang sangat berharga.
 



TUGAS METODE RISET BISNIS JURNAL 2

Tugas Metode Riset Bisnis Jurnal 2
TUGAS JURNAL 2
Tema : Produk Asuransi
Judul : Analisis Asuransi Kendaraan Bermotor(AKB)
1.1. Latar Belakang
Perkembangan industri yang maju dengan mengikuti perkembangan teknologi adalah salah satunya adalah industri otomotif. Seiring dengan majunya industri otomotif maka industri finansial yang juga mengalami perkembangan adalah industri Asuransi Kendaraan Bermotor (AKB). Perkembangan AKB di Indonesia cukup signifikan. Berdasarkan Laporan yang dikeluarkan oleh Bappepam – LK disebutkan bahwa total premi bruto perusahaan asuransi kerugian di Indonesia pada tahun 2008 adalah sebesar Rp 26.933,80 milliar. Premi bruto tersebut mengalami kenaikan sebesar 22 % dari tahun 2007. Kenaikan premi bruto tersebut tidak merata untuk seluruh lini usaha berdasarkan data Desember 2007 maka lini usaha yang mengalami kenaikan terbesar adalah harta benda dengan kenaikan sebesar 20,76%, kendaraan bermotor dengan kenaikan sebesar 9,15%.
Terkait perkembangan industri asuransi kerugian khususnya pada lini usaha Asuransi Kendaraan Bermotor maka pada tanggal 29 Juni 2007, Menteri Keuangan Sri Mulyani secara resmi mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.010/2007 tentang Penyelenggaraan Pertanggungan Asuransi Pada Lini Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor (selanjutnya disingkat menjadi PMK No. 74/2007). Lahirnya PMK No. 74/2007 merupakan sebuah proses panjang yang dilakukan oleh Departemen Keuangan berdasarkan desakan dari
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), khususnya penyelenggara asuransi kendaraan bermotor yang diharapkan dapat menjadi solusi dari gejolak yang terjadi dalam industri asuransi Indonesia. Kesepakatan tarif tersebut dianggap mendesak oleh AAUI untuk mengatasi kondisi yang digambarkan mereka sebagai perang tarif.
Argumen yang diajukan AAUI untuk melatarbelakangi kondisi utama yang mendorong lahirnya PMK No. 74/2007 adalah terjadinya perang tarif di kalangan pelaku usaha asuransi yang memiliki lini bisnis asuransi kendaraan bermotor. Beberapa faktor penyebab “perang tarif” yang terjadi dalam harga premi yang ditawarkan dalam industri asuransi kendaraan bermotor adalah :
1.      Rendahnya entry barrier menyebabkan pemain terlalu banyak. Menurut data Bapepam – LK per-Desember 2008 tercatat bahwa jumlah perusahaan perasuransian yang memiliki izin usaha untuk beroperasi di Indonesia adalah 371 perusahaan terdiri dari atas 144 perusahaan asuransi dan reasuransi dan 227 perusahaan penunjang asuransi. Perusahaan asuransi dan reasuransi terdiri dari 45 perusahaan asuransi jiwa, 90 asuransi kerugian, 4 perusahaan reasuransi, 2 perusahaan penyelenggara program asuransi social dan jaminan sosial tenaga kerja dan 3 perusahaan penyelenggara asuransi untuk pegawai negeri sipil (PNS) dan TNI/POLRI. Untuk perusahaan asuransi jiwa dan perusahaan asuransi kerugian, jumlah perusahaan per- Desember 2008 ini merupakan jumlah yang terkecil untuk 5 (lima) tahun terakhir.
2.      Lini kendaraan bermotor merupakan pendapatan utama asuransi kerugian. 1 Laporan Evaluasi dan Kajian Dampak Kebijakan Persaingan Usaha dalam Industri Jasa Asuransi Kendaraan Bermotor (2007), KPPU, Jakarta, hal. 48 – 52.
3.      Peningkatan penjualan kendaraan bermotor.
4.      Produk asuransi kendaraan bermotor memiliki value proposition tidak unik - karakteristik unik pasar asuransi adalah banyaknya pihak yang terlibat dalam menghubungkan penanggung dengan tertanggung, mulai dari agen, broker, bank, perusahaan pembiayaan hingga pihak ketiga yang mewakili institusi dalam penutupan obyek. Timbulnya perantara dalam pasar asuransi karena hingga saat ini transaksi penutupan polis baru akan terjadi jika penanggung datang ke calon tertanggung Setelah diberlakukan mulai tanggal 1 September 2007, gejolak terjadi dengan ditandai beberapa stakeholder industri asuransi kendaraan bermotor seperti perusahaan pembiayaan, agen, produsen otomotif dan broker asuransi, secara serentak mengajukan keberatannya bahwa akibat kebijakan tersebut asuransi kendaraan bermotor menjadi mahal dan merugikan konsumen. Akan tetapi melalui PMK No. 74/2007 sesungguhnya perusahaan asuransi diperbolehkan untuk menetapkan premi asuransi berdasarkan database/profil risiko dan kerugian yang mereka miliki. Tetapi bagi yang tidak memiliki database, maka perusahaan asuransi harus mengikuti tarif referensi yang telah ditetapkan Pemerintah melalui PMK No. 74/2007.
Pertimbangan yang mendasari regulasi ini adalah dalam rangka memberikan perlindungan yang lebih baik kepada tertanggung asuransi kendaraan bermotor, sehingga diperlukan tingkat premi yang wajar yang tidak memberatkan tertanggung dan tidak bersifat diskriminatif. Pertimbangan lainnya adalah dalam rangka memudahkan regulator dalam melakukan pengawasan kepada perusahaanperusahaan asuransi, agar mereka menegakkan praktik usaha yang sehat dalam pemasaran asuransi kendaraan bermotor, khususnya dalam penetapan premi dan pembentukan cadangan teknis. Sehingga kekhawatiran pemerintah selaku regulator dapat diminimalisir karena perusahaan tetap dapat menjaga tingkat solvency untuk membayar klaim konsumen.
1.2. Perumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah sebagaimana diuraikan sebelumnya tersebut, maka permasalahan yang akan dicermati dalam penelitian ini adalah : Dasar regulasi tarif referensi (PMK 74/PMK.010/2007) yang dikeluarkan pemerintah apakah memperhatikan kondisi pasar dalam industri asuransi kendaraan bermotor.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kondisi pasar industri asuransi kendaraan bermotor dikaitkan dengan dikeluarkan regulasi tarif referensi (PMK 74/PMK.010/2007).
.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihakpihak
terkait, yaitu :
1.      Sebagai masukan dalam perumusan regulasi dan kebijakan pemerintah dalam industry Asuransi Kendaraan Bermotor sehingga memberikan jaminan kepastian persaingan yang sehat dalam industri ini;
2.      Memberikan sumbangan pemikiran dalam dunia akademis untuk melanjutkan kajian lebih lanjut dan mendalam tentang persoalan-persoalan yang menyangkut konsentrasi pasar, persaingan dan perkembangan kebijakan dan industri Asuransi Kendaraan Bermotor di masa-masa mendatang.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk memfokuskan ruang lingkup penelitian maka diperlukan pembatasan penelitian dan permasalahan yaitu periode penelitian akan akan difokuskan pada data perolehan premi netto dan klaim netto perusahaanperusahaan asuransi kerugian yang mempunyai lini usaha asuransi kendaraan bermotor dari tahu 1987 s/d 2007 serta regulasi terkait yang dikeluarkan pada periode tersebut.
1.6. Metodologi Penelitian
Untuk mempermudah proses penelitian dalam penelitian ini, maka berikut penjelasan mengenai metodologi penelitian yang digunakan :
1.6.1. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian untuk menyusun penelitian ini maka metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan mengukur tingkat konsentrasi pasar dalam struktur industri Asuransi Kendaraan Bermotor yang didasarkan pada tingkat konsentrasi pasar yang diukur dengan menggunakan rumusan Concretation Ratio (CR) dan The Herfindahl-Hirschman Index (HHI) terhadap perolehan pendapatan Premi Netto pada perusahaan asuransi kerugian yang memiliki lini usaha asuransi kendaraan bermotor.
Adapun indikator yang akan diuji dalam penelitian ini adalah total penjualan yang didapat dari perolehan premi netto dan jumlah perusahaan asuransi kendaraan bermotor yang tutup. Untuk mendukung uji terhadap indikator tersebut maka perangkat analisa juga menggunakan teori oligopoly Model Bertrand yang berbasis oligopoly pricesetting. Dengan mendasarkan teori Oligopoly Model Bertrand yang berbasis Price-setting yang dikembangkan pada tahun 1883. Dikembangkan oleh Stephen Martin (Martin : 1994), pasar oligopoly dapat dibedakan pada fokus produk yang dihasilkan oleh pelaku pasar dikelompokan menjadi 2 (dua) yaitu :
1.      Homogenous Product
·         Apabila produk tersebut merupakan subtitusi sempurna
·         harga merupakan dimensi tunggal yang sangat penting dimana pelaku usaha menghasikan produk homogenous bersaing
·         apabila jumlah pelaku usaha sedikit, keberadaan barang homogenous dapat memfasilitasi collusion
2.      Differentiated Product
·         produk didiferensiasikan oleh para pelaku usaha dalam upaya mendapatkan harga yang lebih tinggi dan atau meningkatkan penjualan.
·         diferensiasi dapat terjadi dalam bentuk penampilan fisik, kualitas, ketahanan, layanan tambahan (misalnya jaminan, layanan purna jual, informasi), citra dan lokasi geografik
·         diferensiasi produk berbeda dengan produk yang heterogen (heterogeneous product). Produk yang heterogen mengacu pada produk yang berbeda dan tidak mudah disubstitusi sedangkan diantara produk didiferensiasi terdapat kemungkinan adanya substitusi.
Adapun Premi Netto digunakan sebagai data pengukuran market share karena Premi Netto dianggap mencerminkan scope pendapatan yang lebih khusus pada lini usaha perusahaan asuransi. Oleh karena itu indikator pertama adalah total penjualan yang didapat dari perolehan premi netto dan indikator kedua jumlah perusahaan asuransi kendaraan bermotor yang tutup.
·         Indikator total penjualan disini juga merupakan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan yang didapat melalui perolehan Premi Netto. Secara umum keuntungan (profit) perusahaan dihitung melalui Total Revenue (TR) dikurangi Total Cost (TC). Untuk itu, TC diasumsikan nol (ceteris paribus) untuk menganalisa perkembangan keuntungan dalam industri asuransi kendaraan bermotor;
·         Indikator penurunan jumlah perusahaan (perusahaan tutup), indikator ini mengacu pada perusahaan asuransi kendaraan bermotor yang ditutup oleh regulator karena tidak dapat membayar klaim konsumen (insolvent), dari segi ekonomi perusahaan mengalami return yang negatif sehingga terjadi ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran.
1.6.2. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diproses dalam penelitian ini dikumpulkan dengan melakukan studi pustaka dan studi deskriptif. Dimana Studi Kepustakaan, studi kepustakaan dimaksudkan untuk mengkaji berbagai literatur yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Substansinya menyangkut teori, alat analisa, maupun data terkait lainnya dalam industri asuransi kendaraan bermotor. Penelitian ini memanfaatkan semaksimal mungkin data-data sekunder yang sudah ada, baik yang sudah terpublikasikan melalui instansi resmi seperti Departemen Keuangan, Asosiasi Asuransi Indonesia, Bappepam – LK ataupun data-data hasil publikasi cetakan maupun data pada situs-situs dari lembaga pengatur persaingan usaha serta berbagai instansi, media terkait lainnya seperti dari pengunduhan (downloading) dari situs internet.
Sedangkan studi Deskriptif, dilakukan dengan tujuan untuk menyajikan deskripsi data. Bentuknya berupa tabulasi data, penyajian data dalam bentuk grafik. Dengan analisa ini akan dapat diketahui antara lain tingkat konsentrasi struktur pasar industri asuransi kendaraan bermotor, perusahaan Asuransi Kendaraan Bermotor untuk melihat kewajaran penerapan regulasi tarif premi.
1.6.3. Tahapan Penelitian
Untuk menjamin terciptanya kerangka pemikiran yang logis dalam penelitian ini, maka penelitian ini dilakukan dengan tahap – tahap sebagai berikut :
i.            indentifikasi fakta – fakta yang relevan sebagai latar belakang dalam menentukan topik penelitian dan masalah penelitian yang penting dan menarik untuk dikaji;
ii.            Pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari regulasi terkait dan data – data pendukung lainnya;
iii.            Pengolahan data dengan menggunakan pendekatan penghitungan tingkat konsentrasi total pendapatan melalui total penjualan (perolehan Premi Netto) dan penghitungan tingkat konsentrasi industri asuransi kendaraan bermotor (CR dan HHI) serta indikator jumlah perusahaan yang sudah ditutup oleh regulator. Analisa juga didukung berdasarkan prinsip teori Oligopoly Model Bertrand yang berbasis Price-setting;
iv.            Analisa dan interpretasi terhadap hasil pengolahan data yang dapat menunjukkan hubungan antara regulasi yang diaplikasikan dengan prinsip teori yang digunakan dalam penelitian ini;
v.            Penarikan kesimpulan dari analisa dan interpretasi hasil pengolahan data;
vi.            Penyusunan saran mengenai regulasi yang berkaitan dengan kegiatan industry asuransi kendaraan bermotor.
TUGAS JURNAL 2
Tema : Produk Asuransi
Judul : Analisis Asuransi Kendaraan Bermotor(AKB)
1.1. Latar Belakang
Perkembangan industri yang maju dengan mengikuti perkembangan teknologi adalah salah satunya adalah industri otomotif. Seiring dengan majunya industri otomotif maka industri finansial yang juga mengalami perkembangan adalah industri Asuransi Kendaraan Bermotor (AKB). Perkembangan AKB di Indonesia cukup signifikan. Berdasarkan Laporan yang dikeluarkan oleh Bappepam – LK disebutkan bahwa total premi bruto perusahaan asuransi kerugian di Indonesia pada tahun 2008 adalah sebesar Rp 26.933,80 milliar. Premi bruto tersebut mengalami kenaikan sebesar 22 % dari tahun 2007. Kenaikan premi bruto tersebut tidak merata untuk seluruh lini usaha berdasarkan data Desember 2007 maka lini usaha yang mengalami kenaikan terbesar adalah harta benda dengan kenaikan sebesar 20,76%, kendaraan bermotor dengan kenaikan sebesar 9,15%.
Terkait perkembangan industri asuransi kerugian khususnya pada lini usaha Asuransi Kendaraan Bermotor maka pada tanggal 29 Juni 2007, Menteri Keuangan Sri Mulyani secara resmi mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.010/2007 tentang Penyelenggaraan Pertanggungan Asuransi Pada Lini Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor (selanjutnya disingkat menjadi PMK No. 74/2007). Lahirnya PMK No. 74/2007 merupakan sebuah proses panjang yang dilakukan oleh Departemen Keuangan berdasarkan desakan dari
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), khususnya penyelenggara asuransi kendaraan bermotor yang diharapkan dapat menjadi solusi dari gejolak yang terjadi dalam industri asuransi Indonesia. Kesepakatan tarif tersebut dianggap mendesak oleh AAUI untuk mengatasi kondisi yang digambarkan mereka sebagai perang tarif.
Argumen yang diajukan AAUI untuk melatarbelakangi kondisi utama yang mendorong lahirnya PMK No. 74/2007 adalah terjadinya perang tarif di kalangan pelaku usaha asuransi yang memiliki lini bisnis asuransi kendaraan bermotor. Beberapa faktor penyebab “perang tarif” yang terjadi dalam harga premi yang ditawarkan dalam industri asuransi kendaraan bermotor adalah :
1.      Rendahnya entry barrier menyebabkan pemain terlalu banyak. Menurut data Bapepam – LK per-Desember 2008 tercatat bahwa jumlah perusahaan perasuransian yang memiliki izin usaha untuk beroperasi di Indonesia adalah 371 perusahaan terdiri dari atas 144 perusahaan asuransi dan reasuransi dan 227 perusahaan penunjang asuransi. Perusahaan asuransi dan reasuransi terdiri dari 45 perusahaan asuransi jiwa, 90 asuransi kerugian, 4 perusahaan reasuransi, 2 perusahaan penyelenggara program asuransi social dan jaminan sosial tenaga kerja dan 3 perusahaan penyelenggara asuransi untuk pegawai negeri sipil (PNS) dan TNI/POLRI. Untuk perusahaan asuransi jiwa dan perusahaan asuransi kerugian, jumlah perusahaan per- Desember 2008 ini merupakan jumlah yang terkecil untuk 5 (lima) tahun terakhir.
2.      Lini kendaraan bermotor merupakan pendapatan utama asuransi kerugian. 1 Laporan Evaluasi dan Kajian Dampak Kebijakan Persaingan Usaha dalam Industri Jasa Asuransi Kendaraan Bermotor (2007), KPPU, Jakarta, hal. 48 – 52.
3.      Peningkatan penjualan kendaraan bermotor.
4.      Produk asuransi kendaraan bermotor memiliki value proposition tidak unik - karakteristik unik pasar asuransi adalah banyaknya pihak yang terlibat dalam menghubungkan penanggung dengan tertanggung, mulai dari agen, broker, bank, perusahaan pembiayaan hingga pihak ketiga yang mewakili institusi dalam penutupan obyek. Timbulnya perantara dalam pasar asuransi karena hingga saat ini transaksi penutupan polis baru akan terjadi jika penanggung datang ke calon tertanggung Setelah diberlakukan mulai tanggal 1 September 2007, gejolak terjadi dengan ditandai beberapa stakeholder industri asuransi kendaraan bermotor seperti perusahaan pembiayaan, agen, produsen otomotif dan broker asuransi, secara serentak mengajukan keberatannya bahwa akibat kebijakan tersebut asuransi kendaraan bermotor menjadi mahal dan merugikan konsumen. Akan tetapi melalui PMK No. 74/2007 sesungguhnya perusahaan asuransi diperbolehkan untuk menetapkan premi asuransi berdasarkan database/profil risiko dan kerugian yang mereka miliki. Tetapi bagi yang tidak memiliki database, maka perusahaan asuransi harus mengikuti tarif referensi yang telah ditetapkan Pemerintah melalui PMK No. 74/2007.
Pertimbangan yang mendasari regulasi ini adalah dalam rangka memberikan perlindungan yang lebih baik kepada tertanggung asuransi kendaraan bermotor, sehingga diperlukan tingkat premi yang wajar yang tidak memberatkan tertanggung dan tidak bersifat diskriminatif. Pertimbangan lainnya adalah dalam rangka memudahkan regulator dalam melakukan pengawasan kepada perusahaanperusahaan asuransi, agar mereka menegakkan praktik usaha yang sehat dalam pemasaran asuransi kendaraan bermotor, khususnya dalam penetapan premi dan pembentukan cadangan teknis. Sehingga kekhawatiran pemerintah selaku regulator dapat diminimalisir karena perusahaan tetap dapat menjaga tingkat solvency untuk membayar klaim konsumen.
1.2. Perumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah sebagaimana diuraikan sebelumnya tersebut, maka permasalahan yang akan dicermati dalam penelitian ini adalah : Dasar regulasi tarif referensi (PMK 74/PMK.010/2007) yang dikeluarkan pemerintah apakah memperhatikan kondisi pasar dalam industri asuransi kendaraan bermotor.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kondisi pasar industri asuransi kendaraan bermotor dikaitkan dengan dikeluarkan regulasi tarif referensi (PMK 74/PMK.010/2007).
.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihakpihak
terkait, yaitu :
1.      Sebagai masukan dalam perumusan regulasi dan kebijakan pemerintah dalam industry Asuransi Kendaraan Bermotor sehingga memberikan jaminan kepastian persaingan yang sehat dalam industri ini;
2.      Memberikan sumbangan pemikiran dalam dunia akademis untuk melanjutkan kajian lebih lanjut dan mendalam tentang persoalan-persoalan yang menyangkut konsentrasi pasar, persaingan dan perkembangan kebijakan dan industri Asuransi Kendaraan Bermotor di masa-masa mendatang.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk memfokuskan ruang lingkup penelitian maka diperlukan pembatasan penelitian dan permasalahan yaitu periode penelitian akan akan difokuskan pada data perolehan premi netto dan klaim netto perusahaanperusahaan asuransi kerugian yang mempunyai lini usaha asuransi kendaraan bermotor dari tahu 1987 s/d 2007 serta regulasi terkait yang dikeluarkan pada periode tersebut.
1.6. Metodologi Penelitian
Untuk mempermudah proses penelitian dalam penelitian ini, maka berikut penjelasan mengenai metodologi penelitian yang digunakan :
1.6.1. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian untuk menyusun penelitian ini maka metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan mengukur tingkat konsentrasi pasar dalam struktur industri Asuransi Kendaraan Bermotor yang didasarkan pada tingkat konsentrasi pasar yang diukur dengan menggunakan rumusan Concretation Ratio (CR) dan The Herfindahl-Hirschman Index (HHI) terhadap perolehan pendapatan Premi Netto pada perusahaan asuransi kerugian yang memiliki lini usaha asuransi kendaraan bermotor.
Adapun indikator yang akan diuji dalam penelitian ini adalah total penjualan yang didapat dari perolehan premi netto dan jumlah perusahaan asuransi kendaraan bermotor yang tutup. Untuk mendukung uji terhadap indikator tersebut maka perangkat analisa juga menggunakan teori oligopoly Model Bertrand yang berbasis oligopoly pricesetting. Dengan mendasarkan teori Oligopoly Model Bertrand yang berbasis Price-setting yang dikembangkan pada tahun 1883. Dikembangkan oleh Stephen Martin (Martin : 1994), pasar oligopoly dapat dibedakan pada fokus produk yang dihasilkan oleh pelaku pasar dikelompokan menjadi 2 (dua) yaitu :
1.      Homogenous Product
·         Apabila produk tersebut merupakan subtitusi sempurna
·         harga merupakan dimensi tunggal yang sangat penting dimana pelaku usaha menghasikan produk homogenous bersaing
·         apabila jumlah pelaku usaha sedikit, keberadaan barang homogenous dapat memfasilitasi collusion
2.      Differentiated Product
·         produk didiferensiasikan oleh para pelaku usaha dalam upaya mendapatkan harga yang lebih tinggi dan atau meningkatkan penjualan.
·         diferensiasi dapat terjadi dalam bentuk penampilan fisik, kualitas, ketahanan, layanan tambahan (misalnya jaminan, layanan purna jual, informasi), citra dan lokasi geografik
·         diferensiasi produk berbeda dengan produk yang heterogen (heterogeneous product). Produk yang heterogen mengacu pada produk yang berbeda dan tidak mudah disubstitusi sedangkan diantara produk didiferensiasi terdapat kemungkinan adanya substitusi.
Adapun Premi Netto digunakan sebagai data pengukuran market share karena Premi Netto dianggap mencerminkan scope pendapatan yang lebih khusus pada lini usaha perusahaan asuransi. Oleh karena itu indikator pertama adalah total penjualan yang didapat dari perolehan premi netto dan indikator kedua jumlah perusahaan asuransi kendaraan bermotor yang tutup.
·         Indikator total penjualan disini juga merupakan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan yang didapat melalui perolehan Premi Netto. Secara umum keuntungan (profit) perusahaan dihitung melalui Total Revenue (TR) dikurangi Total Cost (TC). Untuk itu, TC diasumsikan nol (ceteris paribus) untuk menganalisa perkembangan keuntungan dalam industri asuransi kendaraan bermotor;
·         Indikator penurunan jumlah perusahaan (perusahaan tutup), indikator ini mengacu pada perusahaan asuransi kendaraan bermotor yang ditutup oleh regulator karena tidak dapat membayar klaim konsumen (insolvent), dari segi ekonomi perusahaan mengalami return yang negatif sehingga terjadi ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran.
1.6.2. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diproses dalam penelitian ini dikumpulkan dengan melakukan studi pustaka dan studi deskriptif. Dimana Studi Kepustakaan, studi kepustakaan dimaksudkan untuk mengkaji berbagai literatur yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Substansinya menyangkut teori, alat analisa, maupun data terkait lainnya dalam industri asuransi kendaraan bermotor. Penelitian ini memanfaatkan semaksimal mungkin data-data sekunder yang sudah ada, baik yang sudah terpublikasikan melalui instansi resmi seperti Departemen Keuangan, Asosiasi Asuransi Indonesia, Bappepam – LK ataupun data-data hasil publikasi cetakan maupun data pada situs-situs dari lembaga pengatur persaingan usaha serta berbagai instansi, media terkait lainnya seperti dari pengunduhan (downloading) dari situs internet.
Sedangkan studi Deskriptif, dilakukan dengan tujuan untuk menyajikan deskripsi data. Bentuknya berupa tabulasi data, penyajian data dalam bentuk grafik. Dengan analisa ini akan dapat diketahui antara lain tingkat konsentrasi struktur pasar industri asuransi kendaraan bermotor, perusahaan Asuransi Kendaraan Bermotor untuk melihat kewajaran penerapan regulasi tarif premi.
1.6.3. Tahapan Penelitian
Untuk menjamin terciptanya kerangka pemikiran yang logis dalam penelitian ini, maka penelitian ini dilakukan dengan tahap – tahap sebagai berikut :
i.            indentifikasi fakta – fakta yang relevan sebagai latar belakang dalam menentukan topik penelitian dan masalah penelitian yang penting dan menarik untuk dikaji;
ii.            Pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari regulasi terkait dan data – data pendukung lainnya;
iii.            Pengolahan data dengan menggunakan pendekatan penghitungan tingkat konsentrasi total pendapatan melalui total penjualan (perolehan Premi Netto) dan penghitungan tingkat konsentrasi industri asuransi kendaraan bermotor (CR dan HHI) serta indikator jumlah perusahaan yang sudah ditutup oleh regulator. Analisa juga didukung berdasarkan prinsip teori Oligopoly Model Bertrand yang berbasis Price-setting;
iv.            Analisa dan interpretasi terhadap hasil pengolahan data yang dapat menunjukkan hubungan antara regulasi yang diaplikasikan dengan prinsip teori yang digunakan dalam penelitian ini;
v.            Penarikan kesimpulan dari analisa dan interpretasi hasil pengolahan data;
vi.            Penyusunan saran mengenai regulasi yang berkaitan dengan kegiatan industry asuransi kendaraan bermotor.